Selamat Datang di Blog Wanita Sosial(ita), Semoga Bermanfaat

Selasa, 28 Oktober 2014

Gambir Almond Celup Coklat

Bahan Membuat Gambir Almond Celup Coklat:
  • 4 putih telur
  • 7 sdm gula fruktosa
  • 150 gr margarin non kolesterol (minyak jagung)
  • 160 gr tepung terigu
  • 50 gr almond sangrai, haluskan
  • 100 gr cokelat putih, tim, bagi tiga, tambah pewarna makanan masing 1 tetes merah, hijau, dan kuning
Cara Membuat Gambir Almond Celup Coklat:
  1. Kocok putih telur sampai berbusa lalu tambahkan gula fruktosa sambil dikocok sampai kaku. Masukkan tepung terigu dan almond. Aduk rata lalu tuangkan margarin. Aduk kembali.
  2. Tuang adonan satu sendok demi satu sendok di atas kertas roti beroles margarin lalu buat lingkaran hingga bentuk kue menjadi bulat tipis diameter ±15 cm. Oven sampai agak kecokelatan. Gulung adonan selagi panas. Angkat dan dinginkan.
  3. Celup ujung kue ke cokelat sedemikian rupa hingga berlapis warna warni. Dinginkan lalu sajikan dalam stoples.
Untuk 5 – ­ 6 porsi
Nilai gizi per porsi:
Energi: 113 Kalori
Protein: 2,0 gram
Lemak: 8,2 gram
Karbohidrat: 7,9 gram
Sumber  Resep Gambir Almond Celup Coklat: tabloid-nakita.com

Kamis, 09 Oktober 2014

Kajian tentang Kata


KAJIAN TENTANG KATA





1.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekarang mulailah memasuki permasalahan logika yang pertama, tentang satuan terkecil dalam proposes yaitu “kata”.Berdeda –beda dengan ilmu bahasa yang menyelidiki kata dari segala aspeknya, penyelidikan logika bertujuan mencari pengertian kata dan bagaimana setepatnya .penyelidikan kata ini penting karena ia merupakan unsur yang membentuk pemikiran.
      Kata adalah bunyi atau kesatuan bunyi yang mengndung arti tertentu, sedangkan kalimat adalah kesatuan kata- kata atau kata yang mengandung pemikiran yang lengkap . Istilah "kata" tidak sulit untuk didefinisikan. Di dalam artikel ini dicoba untuk menjelaskan konsep ini dengan menyajikan tiga definisi yang berbeda: Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan yang dapat digunakan dalam berbahasa konversasi, bahasa Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).

B.     RumusanMasalah
1 .Apa pengertian kata?
            2 .Bagaimana peranan kata sebagai predikat?
            3 .Bagaimana konotasi dan denotasi serta batas-batasnya?


















2.      PEMBAHASAN
a.      Pengertian kata

Secara etimologi "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Jawa kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng. Sedangkan secara estimologi   kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu  atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Beberapa pengertian kata sebagai berikut:
1.  positif, negatif, dan privatif
a. Suatu kata mempunyai pengertian positif apabila mengendung penegasan adanya sesuatu, seperti: kaya (adanya harta benda), pandai (adanya ilmu) dan terang( adanya sinar).
b. Suatu mempunyai pengertian privative apabila mengandung makna tidak adnya sesuatu , seperti: bodoh (tidak adanya ilmu), miskin ( tidak adanya harta)
c. Suatu mempunyai pengertian negative apabila diawali dengan salah satu dari: tidak, tak, non , atau bukan, seperti: bukan kaya.                                                               
2.   Universal, partikular,  dan kolektif
a. Pengertian universal apabila ia mengikat keseluruhan bawahannya tanpa terkecuali, seperti: rumah, kursi, hewan, manusia dan sebagainya. Dimaksud dengan rumah adalah keseluruhan rumah tanpa terkecuali.
b. Pengertian particular apabila ia mengikat bawahannya yang banyak, tetapi tidak mencakup keseluruhan anggota yang diikatnya. Kata “manusia” adalah universal. Tetapi apabila sudah dibatasi, betapapun banyaknya anggota yang diikat, maka mempunyai pengertian partikular, seperti: sebagian manusia, beberap amanusia, ada manusia dll.
c. Pengertian kolektif apabila ia mengikat sejumlah barang yang mempunyai persamaan fungsi yang membentuk suatu kesatuan ,seperti: regu, tim, kesebelasan ,panitia, dan dewan.

3.   Konkret dan abstrak
a. Pengertian Konkret, apabila ia menunjuk kepada suatu benda, orang atau apa  saja yang mempunyai eksistensi tertentu seperti buku, kursi, rumah, kuda, dan Hasan.
b. Pengertian Abstrak, apabila ia menunjuk kepada sifat, keadaan, kegiatan yang lepas dari objek tertentu, seperti kesehatan, kebodohan, kekayaan, kepandaian.
4.   Mutlak dan Relatif
a. Pengertian mutlak, apabila ia dapat dipahami dengan sendirinya tanpa  membutuhkan hubungan dengan benda lain, sepert ibuku, rumah, kuda.
b. Pengertian Relatif, apabila tidak dapat dipahami dengan sendirinya, tetapi harus selalu ada hubungannya dengan benda lain, seperti ayah, pemimpin, suami, kakak, dan kakek.

5.   Univok, Equivok, dan Analog
a. Univok adalah kata yang mempunyai satu makna yang jelas, tidak membingungkan, seperti pulpen, pensil, botol, dsb.
b. Equivoka dalah kata yang mengandung makna lebih dari satu, seperti bunga, bulan, buku. Bunga bisa bermakna tanaman, bisa juga tambahan nilai dari sejumlah uang.
c. Analog adalah kata yang dalam pemakaiannya mempunyai makna yang berbeda dengan makna aslinya, tetapi masih mempunyai persamaan juga.

Contoh:     Bunga itu merupakan bagiant anaman yang paling indah.
                  Waktu muda Ia adalah bunga desa ini.
                              Bila hujan bumi akan basah.
                              Banyak pejabat enggan dipindah dari tempat yang basah.
                  Kursi kayu jati lebih kuat dari kursi rotan.
                  Para kader partai itu begitu sengit memperebutkan kursi.

6. Bermakna dan Tak Bermakna
a.  pengertian “manusia” adalah kata yang tidak diberikan kepada sembarang benda, tetapi kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat tertentu inilah yang membentuk apa yang disebut makna konoyasi atau mafhum.
b. barang yang dicakup “manusia”, yakni: Hasan, Budi, John, Badu: manusia kulit kuning, manusia kulit hitam dan sebagainya. Barang yang dicakup itu disebut cakupan, denotasi atau masodak.
b. kata sebagai predikat
Kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau predikat disebut term. Sebagai predikat, term dapat dibedakan menjadi: genus (jenis), differentia (sifatpembeda), spesia (kelas), propria (sifatkhusus), danaccidentia (sifatumum). Kelima term universal tersebut dalam bahasa arab disebut al-kulliyyah al-khamsah, merupakan pembahasan kata yang sangat berguna bagi pembuatan definisi.
1.      Jenis (genus, jins) adalah term yang mempunyai bawahan banyak dan berbeda-beda, tetapi kesemuanya mempunyai sifat sama yang mengikat keseluruhan bawahan yang berbeda-beda itu.
2.      Spesia (kelas, nau’) adalah term yang menunjukan hakikat yang berlainan tetapi sama-sama terikat dalam satu jenis. Contohnya: manusia, kuda, lembu, kerbau adalah spesia jenisnya adalah binatang.
3.      Differentia (sifatpembeda, al-fast) adalah term yang membedakan satu hakikat dengan hakikat lain yang sama-sama terikat dalam satu jenis. Manusia adalah binatang yang berpikir. Sifat berpikir pada manusia inilah yang disebut differentia.
4.      Propria (sifatkhusus, al-khassah) adalah term yang menyatakan sifat hakikat  dari suatu spesia sebagai akibat dari sifat pembeda yang dimilikinya. Sifat berpikir inilah timbul sifat-sifat khusus seperti: kawin, membentuk pemerintahan, membuat lembaga, berpakaian, dan mengembangan kebudayaan.
5.      Accidentia (sifatumum, al-‘arad) adalah term yang menunjukaan sifat yang tidak harus dimiliki oleh satu spesia seperti: pandai, dan ceroboh.

c.       Konotasi dan denotasi serta batas-batasnya

1.      Batas konotasi
Telah disebut dimuka bahwa pembahasan kata dalam Logika bertujuan mencari pengertian agar didapay penggunaan secara cermat. Ini artinya agar setiap kata mempunyai pengertian yang tertentu serta merangkum semua sifat yang menjadi denotasinya, tidak lebih dan tidak kurang, sehingga dengan jelas membedakan pengertian yang satu dengan lainnya. Setiap barang mempunyai sifat-sifat tertentu dan kumpulan dari sifat inilah yang membedakan barang satu dengan lainnya.
Dalam logica ada sebuah batasan yang sangat terkenal tentang manusia yakni “binatang yang berpikir”. Pengertian suatu subyek cukup dengan menyebut sekedar sifat yang menujukan pengertiannya. Jadi tidak usah menyebut propria serta accidentianya, tetapi cukup jenis dan sifat pembedanya secara tepat.

2.      Batas denotasi
Kesulitan kita dalam membicarakan batas denotasi adalah yang menjadi kesatuanya: jenis, spesia, keadaan khusus atau individunya. Misalkan term buku, apakah denotasinya? Sekedar disebut buku, buku cetak atau buku tentang subjek tertentu. Logika menetapkan, batas konotasi adalah spesia yakni jenis yang telah dihadirkan sifat pembedanya. Karena keduanya menggunakan spesia sebagai batas, maka antara konotasi dab denotasi terjadi perbandingan terbalik, yakni: semakin bertambah pengertian yang membentuk konotasi, semakin kuranglah kesatuan yang dicakup denotasinya dan sebaliknya, semakin kurangpengertian yang membentuk konotasi, semakin luaslah kesatuan yang dicakup denotasi.
Dalam kata kendaraan tercakup olehnya semua macam dan jenis kendaraan, baik laut, darat, maupun udara. Jika konotasi kita tambah menjadi kendaraan darat, maka kendaraan laut dan kendaraan udara tidak tercakup lagi. Denotasi kendaraan akan lebih sempit lagi jika konotasinya menjadi kendaraan darat beroda dua, demikian seterusnya, semakin bertambah luas pengertianya semakin sempitlah denotasinya.





3.      PENUTUP

Kesimpulan

            Kata merupakan bunyi atau kesatuan bunyi yang mengandung arti tertentu, sedangkan kalimat adalah kesatuan kata-kata atau kata yang mengandung pikiran lengkap. Kalimat dalam tata bahasa sama dengan apa yang dinamai proposisi dalam logika. Term adalah kata atau kesatuan kata-kata yang dapat digunakan sebagai subjek atau predikat dalam sebuah proposisi logika.

Jenis-Jenis Penelitian Ilmiah

JENIS-JENIS PENELITIAN ILMIAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Hasil suatu penelitian mungkin berupa penegasan kembali atau pembuktian dari suatu pernyataan atau teori yang sudah ada, sehingga berguna untuk memperkuat pernyataan atau teori tadi. Mungkin berupa generalisasi empirik (berdasarkan hasil observasi atau ekperimen dan bukan dari teori) yang berguna dalam pembetukan teori-teori baru .dengan demikian nampak bahwa proses tersebut terus berlangsung tiada hentinya. Ini sesuai dengan sifat dari ilmu pengetahuan (science) itu sendiri, yakni bahwa pengetahuan itu dan teori-teori ilmiah selalu dapat diperiksa dan diteleah atau dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya sehingga ilmu pengetahuan dan teori-teori ilmiah itu terus berkembang.
Penelitian yang dikembangkan diatas, berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penelitian dasar (basic research) ini memiliki ciri khusus, yaitu minat akan ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri dan bukannya untuk kepentingan praktik.penelitian yang hasil untuk kepentingan praktik dinamakan penelitian terapan (policy or applied research).
Dalam praktik sehari-hari, perbedaan kedua penelitian itu sering kali kabur. Penelitian terapan sering kali mengantar kita ke pengetahuan dasar, dan penelitian dasar pada gilirannya sering kali mengantar kita ke penerapan praktis.

B.        Rumusan Masalah
1.    Apa sajakah jenis-jenis penelitian ?
2.    Aja saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode penelitian ?
3.    Apa perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.       Jenis-jenis penelitian
1.      Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.[1]
2.      Penelitian sejarah
Menurut yatim riyanto (1996:22), penelitian merupakan expost facto research yang dinaungi oleh penelitian kualitatif. Dalam penelitian sejarah tidak terdapat manipulasi atau control terhadap variabel, sebagaimana dalam penelitian eksperimen. Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merekonstruksikan apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi bebeerapa waktu yang lalu (Jack R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990:411 dalam Yatim Riyanto, 1996:22).
3.      Penelitian Korelasional
Menurut yatim riyanto (1996:27), adalah penelitian yang akan melihat hubungan antar variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain. Variabel yang digunakan untuk memprediksi disebut variabel prediktor, sedangkan variabel yang diprediksikan desebut variabel kriterium atau variabel kriteria.
4.      Penelitian kausal komparatif
Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor yang menjadi penyebab melalui faktor yang dikumpulkan.
5.      Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam melakukan eksperimen penelitian memanipulasikan suatu stimulan, treatmen, atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau manipulasi tersebut.[2]
6.      Penelitian Tindakan
Menurut Kemmis (1983) dalam Yatim Riyanto (1996:47) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide kedalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
7.      Penelitian Grounded
Penelitian grounded yang ditokohi Glaser dan Strauss pada tahun 1967 di Amerika Serikat dan berikutnya diperkenalkan di Indonesia oleh Schiegel, merupakan jenis penelitian yang tidak bertolak dari teori, tetapi berangkat dari data-data faktual lapangan. Data-data tersebut diproses menjadi teori berdasarkan metode berpikir deduktif.



B.        Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Penelitian
1.      Adanya keinginan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut.
2.      Adanya keinginan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
3.      Adanya keinginan untuk mempertanggungjawabkan penelitian tersebut agar mempunyai prosedur.

C.       Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pendekatan penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logico-hipotetico-verifikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan. Kesimpulan suatu hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan demikian, penelitian kuantitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris. Penelitian kuantitatif merasa “mengetahui apa yang tidak diketahui” sehingga desain yang dikembangkan selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat apriori dan definitif. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merasa “tidak tahu apa yang tidak diketahui”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotetis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesisi nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antarvariabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan peenelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif yang merupakan penelitian sampel kecil.[3]
Penelitian kualitatif umumnya mengambil sampel lebih kecil, dan pengambilannya cenderung memilih yang purposive daripada acak. Penelitian kualitatif lebih mengarah ke penelitian proses daripada produk, dan biasanya membatasi pada suatu kasus.[4]












BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Jenis-jenis penelitian yaitu : Penelitian Deskriptif, Penelitian sejarah, Penelitian Korelasional, Penelitian kausal komparatif, Penelitian Eksperimen, Penelitian Tindakan, Penelitian Grounded.
Faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan metode penelitian : Adanya keinginan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut, Adanya keinginan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan, Adanya keinginan untuk mempertanggungjawabkan penelitian tersebut agar mempunyai prosedur.
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif : Pendekatan penelitian kuantitatif lebih banyak menggunakan logico-hipotetico-verifikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan. Kesimpulan suatu hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris. Dengan demikian, penelitian kuantitatif lebih menekankan pada indeks-indeks dan pengukuran empiris. Penelitian kuantitatif merasa “mengetahui apa yang tidak diketahui” sehingga desain yang dikembangkan selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat apriori dan definitif. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merasa “tidak tahu apa yang tidak diketahui”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya.
B.     PENUTUP
Demikian makalah yang penulis susun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin..
























DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, Strategi penelitian pendidikan,  Angkasa, Bandung:1993.
Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta:1997.
Muhadjirin, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin P.O BOX 83, Yogyakarta:1992
Zuriah, Nurul,  Sosial dan pendidikan, PT. Bumi Aksara, Jakarta:2009





[1]Sosial dan pendidikan, Dra. Nurul zuriah, (PT bumi aksara, Jakarta:2009) hlm. 47-74
[2]Strategi penelitian pendidikan, H. Mohammad ali (angkasa, bandung 1993) hlm. 89-91
[3]Metodologi Penelitian, Saifuddin Azwar, (Yogyakarta:1997), hlm 5-6
[4]Metodologi Penelitian Kualitatif, Prof. DR Noeng Muhadjir, (Rake Sarasin P.O BOX 83, Yogyakarta:1992, hlm.48

Perencanaan Manajemen Dakwah

MAKALAH
PERENCANAAN MANAJEMEN DAKWAH




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap  usaha apapun tujuannya, hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang. Demikian pula usaha dakwah Islam yang mencakup segi-segi yang sangat luas itupun hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, bilamana sebelumnya sudah dilakukan tindakan-tindakan persiapan dan perencanaan secara matang pula.
Penyelenggaraan dakwah dikatakan berjalan secara efektif dan efisien bilamana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengurbanan-pengurbanan yang wajar. Penyelenggaraan dakwah yang tidak efektif apalagi tidak efisien merupakan suatu kerugian yang sangat besar, berupa pemborosan pikiran, tenaga, waktu, biaya dan sebagainya.Kerugian semacam itu dapat diperkecil bilamana penyelenggaraan dakwah didahului dengan perencanaan dakwah yang matang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi dan pentingnya perencanaan dakwah?
2.      Bagaimana langkah-langkah perencanaan dakwah?
3.      Bagaimana implementasi perencanaan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW?
4.      Bagaimana manfaat dari perencanaan dakwah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi dan Pentingnya Perencanaan Dakwah
Perencanaan Dakwah terdiri dari dua kata, yaitu Perencanaan dan dakwah yang berbeda artinya.Perencanaan merupakan tugas utama yang harus dilakukan dalam pengelolaan dakwah.Adapun beberapa pengertian Perencanaan menurut para ahli, diantaranya :
1.      Menurut Robin, Planning is the proses of determining objectif and assesing the way these objective can best be achived. Artinya, perencanaan adalah proses menentukan tujuan dan menetapkan cara-cara yang terbaik dalam meencapai tujuan.
2.      Menurut G.R Terry, Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan mengambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.[1]
3.      Menurut Komaruddin, perencanaan adalah suatu proses yang menetapkan lebih dahulu kegiatan yang harus dilakukan, prosedur dan metode pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan selama periode waktu tertentu.
4.      Menurut Sondang, perencanaan adalah usaha sadar dan pengabilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dilakukan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian perencanaan, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu proses pemikiran terhadap penentuan  pekerjaan yang akan dikerjakan untuk waktu kedepannya dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan dakwah oleh Departemen Agama yaitu mengajak, menyeru dan mendorong umat manusia agar masuk kedalam jalan Allah secara menyeluruh, baik denga lisan maupun tulisan serta segala perbuatan sebagai ikhtiar muslim dalam mewujudkan ajaran islam menjadi kenyataan dalam semua segi kehidupan secara berjama’ah untuk terwujudnya khoirul ummah.[2]Jadi jika pengertian perencanaan dihubungkan dengan pengertian dakwah, maka dapat diketahui bahwa perencanaan dakwah adalah suatu proses menetapkan tujuan dan menentukan strategi atau teknik untuk mencapainya.
Pentingnya perencanaan dalam manajemen dakwah yaitu bisa dilihat dalam beberapa hal. Dengan perencanaan, penyelenggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi.hal ini dapatlah dapat dipertimbangkan kegiatan-kegiatan apa yang harus mendapat prioritas dan didahulukan dan mana kegiatan-kegiatan yang harus dikemudiankan. Perencanaan dakwah juga diperlukan untuk menentukan mana dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat, sesuai situasi dan kondisi.
Selanjutnya dengan adanya perencanaan,maka dapatlah dipersiapkan terlebih dahulu tenaga-tenaga pelaksana dakwah yang diperlukan, alat-alat perlengkapan dan fasilitas lainnya. Kepentingan lainnya dariadanya perencanaanbagi proses dakwah adalah untuk memudahkan pimpinan dakwah dalam melakukan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya penyelenggaraan dakwah, baik yang sedang dalam proses,maupun yang sudah selesai. Proses penyelenggaraan dakwah yang didasarkan pada suatu rencana yang telah dipersiapkan secara matang, akan lebih baik hasilnya bilamana dibandingkan dengan penyelenggaraan dakwah yang dilakukan secara sambil lalu dan sembrono serta dengan sistem coba-coba.

B.     Langkah-Langkah Perencanaan Dakwah
Beberapa hal yang harus dipikirkan dan diputuskan oleh pimpinan dakwah dalam rangka perencanaan dakwah itu mencakup segi-segi yang sangat luas. Maka pembahasan terhadap proses perencanaan dakwah akan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Perkiraan dan perhitungan masa depan (forecasting)
Perencanaan dakwah sangat berhubungan dengan masa depan, yaitu suatu keadaan yang belum dikenal dan penuh dengan ketidakpastian. Maka untuk itu diadakan forecasting  yaitu tindakan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan dan kejadian yang bakal timbul dan dihadapi di masa depan berdasarkan hasil analisa terhadap data dan keterangan-keterangan yang konkrit.
Dengan diketahuinya gambaran mengenai keadaan masa depan, baik gambaran tentang kondisi maupun situasi objektif yang melingkungi proses penyelenggaraan dakwah, maka pimpinan dakwah dapat menetapkan sasaran-sasaran dan langkah-langkah dakwah yang rasionil dan realistis.Segi-segi forecasting dakwah ini meliputi dua hal yaitu kondisi intern (bagaimana keadaan organisasi, tenaga pelaksana, persediaan fasilitas, dan sarana-sarana lainnya yang diperlukan) dan kondisi ekstern (bidang politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya).
2.      Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sasaran dakwah merupakan bagian dari tujuan dakwah.Ia merupakan titik-titik tertentu dari hasil yang harus dicapai baik hasil keseluruhan ataupun hasil dari tiap-tiap bidang, dalam setiap tahapan dalam rangka pencapaian tujuan dakwah yangtelah ditetapkan sebelumnya. Rencana dakwah dapat diformulir dengan baik bilamana terlebih dahulu diketahui dengan baik apa yang menjadi sasaran dari penyelenggaraan dakwah itu. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu tujuan dakwah, masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, hasil penyelenggaraan dakwah di masa lampau, dan hasil forecasting.
3.      Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya.
Tindakan dakwah adalah penjabaran dari sasaran dakwah yang telah ditentukan dalam aktivitas nyata. Maka pimpinan dakwah harus menetapkan alternatif-alternatif  tindakan sebanyak-banyaknya. Kemudian di pilih dan diurutkan menurut tingkat kepentingannya. Dalam menetapkan tindakan-tindakan dakwah maka harus diperhatikan beberapa hal : meninjau kembali sasaran dakwah serta menentukan luasnya scope aktivita dakwah, menentukan tindakan-tindakan penting, menentukan prioritas atau urutan pelaksanaannya, menentukan kegiatan-kegiatan terperinci.
4.      Penetapan methode
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan.Tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat. Untuk dapat menentukan metode dakwah yang tepat memang diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang objek dakwah yang dihadapi, baik mengenai alam pikirannya, kepercayaan yang dianutnya, latar belakang pendidikan, dan kehidupan sosial ekonomidan sebagainya.
5.      Penetapan dan penjadwalan waktu (scheduling)
Penentuan waktu ini menyangkut urusan pelaksanaan dari masing-masing tindakan atau kegiatan dakwah yang telah ditentukan serta waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan masing-masing tindakan itu. Penjadwalan waktu memudahkan pimpinan dakwah dalam mengorganisir dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan itu serta dalam mengadakan pegendalian dan penilaian terhadap jalannya proses dakwah, disamping itu pula untuk tidak adanya pemborosan biaya, tenaga, waktu dan sebagainya. Harus diperhatikan pula batas waktu yang telah diberikan oleh pemimpin dakwah, lebih-lebih jikalau itu adalah acara satu kesatuan .tentulah gangguan yang dialami oleh suatu kegiatan akan mempengaruhi kegiatan lain.
6.      Penempatan lokasi (tempat)
Harus dipilih tempat yang menguntugkan. Ketepatan dalam penentuan dan pemilihan lokasi mempunyai pengaruh bagi kelancaran jalannya proses dakwah.
7.      Penetapan biaya, fasilitas dan faktor-faktor lain yang diperlukan (budgetting)
Suatu usaha akan berjalan lancar bilamana didukung oleh tenaga yang cakap juga tersedia cukup biaya, fasilitas, dan alat-alat yang diperlukan. Mengingat pentingnya peranan biaya dan fasilitas itu bagi proses dakwah, maka dalam penentuan sasaran dan tindakan dakwah, masalah biaya dan fasilitas harus dipertimbangkan. Kondisi biaya dan fasilitas merupakan faktor pembatas bagi luas sempitnya usaha dakwah yang diselenggarakan.[3]

C.     Implementasi Perencanaan Dakwah yang Dilakukan oleh Rasulullah SAW
Perencanaan dakwah dilakukan Rasulullah SAW secara matang dan berdasarkan dengan Alqur’an.
1.      Persiapan bahan-bahan pembentukan pribadi muslim. Yaitu 19/30 Alqur’an. Isi kandungan surat-surat tersebut yaitu dasar-dasar agama, seruan kepada dasar-dasar tersebut, tuntunan kepada budi pekerti yang terpuji dan baik, dan ibadat yang belum disyari’atkan belum diterangkan secara terperinci.
2.      Merumuskan siasat pembentukan pribadi muslim yaitu:
a.       Tanpa paksaan
Firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 256, karena hidayah ada di tangan Tuhan. Muballigh atau Da’i hanya berkewajiban menyampaikan perintah Tuhan semata. Hal ini juga didukung oleh surat Yunus ayat 99.
b.      Tanpa menakut-nakuti
c.       Dakwah dilakukan dengan menyesuaikan mad’u (objek dakwah).[4]
Nabi dalam menyiarkan agama Islam juga melalui tahapan yang matang  atas hasil pemikiran dan perhitungan.Pada mulanya dakwah nabi dilakukan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.Dakwah nabi pertama kali ditujukan kepada orang-orang yang serumah dengan beliau.Kedua kali ditujukan kepada orang yang bersahabat baik dan berkenaan rapat dengan beliau, ketiga kali ditujukan kepada orang-orang yang berhubungan agak dekat dengan beliau.Tetapi setelah mendapatkan pengikut yang taat dan disiplin barulah melaksanakan dakwah secara terang-terangan kepada kaum Quraisy dan masyarakat Makkah pada umumnya.
Begitu pula dalam pembinaan masyarakat Islam, dilakukan perncanaan dan pemikiran yang matang, awalnya membangun masjid sebagai tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan dan pertemuan, kemudian disusul dengan tindakan mempersaudarakan diantara sesama kaum muslimin, sehingga terpadulah hati mereka dalam kesatuan keluarga Islamyang kompak, dan seterusnya diikuti dengan perjanjian diantara seluruh warga Madinah, baik yang sudah maupun yang beluk memeluk Islam, maka tersusunlah suatu masyarakat Islam yang kokoh dan kuat, yang dalam perjalanan dakwah Islam selanjutnya menjadi tulang punggung yang sangat setia.[5]
D.      Manfaat Perencanaan Dakwah
Proses perencanaan dakwah merupakan tindakan sistematis yang dapat membantu mengidentifikasi cara-cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan dakwah. Adapun manfaat dari perencanaan dakwah antara lain :
a.         Dapat memberikan batasan tujuan dakwah sehingga mampu mengarahkan para da’I secara tepat dan maksimal.
b.         Menghindari penggunaan secara sporadic sumber daya manusia dan benturan aktivitas dakwah yang tumpang tindih.
c.         Dapat melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai problema dan merupakan sebuah prsiapan dini untuk memberikan solusi dari setiap problem dakwah.
d.        Dapat melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya secara baik.
e.         Dapat melakukan pengawasan sesuai dengan ukuran-ukuran objektif.[6]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan perencanaan, penyelenggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi.hal ini dapatlah dapat dipertimbangkan kegiatan-kegiatan apa yang harus mendapat prioritas dan didahulukan dan mana kegiatan-kegiatan yang harus dikemudiankan. Perencanaan dakwah juga diperlukan untuk menentukan mana dipilihnya tindakan-tindakan yang tepat, sesuai situasi dan kondisi.
Sedangkan langkah-Langkah Perencanaan Dakwah yaitu perkiraan dan perhitungan masa depan (forecasting), Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya, Penetapan tindakan-tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya, Penetapan method, dan yang terahir Penetapan dan penjadwalan waktu (scheduling), Penempatan lokasi (tempat), Penetapan biaya, fasilitas dan faktor-faktor lain yang diperlukan (budgetting).
Semua usaha akan berjalan lancar bilamana didukung oleh tenaga yang cakap juga tersedia cukup biaya, fasilitas, dan alat-alat yang diperlukan. Mengingat pentingnya peranan biaya dan fasilitas itu bagi proses dakwah, maka dalam penentuan sasaran dan tindakan dakwah, masalah biaya dan fasilitas harus dipertimbangkan. Kondisi biaya dan fasilitas merupakan faktor pembatas bagi luas sempitnya usaha dakwah yang diselenggarakan.

B.     Penutup
Demikian makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya.Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi karya tulis yang lebih baik lagi.










DAFTAR PUSTAKA

Amali.Planning dan Organisasi Dakwah Rasulullah.Bandung : Al Ma’arif. 1986.
Hasibuan, Malay.  Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksar.  2009.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah.Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2012.
Sholeh, Rosyad. Management Dakwah Islam.Jakarta : Bulan Bintang. 1977.





[1] Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber daya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara),  2009, hal.249
[3] Rosyad Sholeh, management Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang), 1977, hal.64
[4] Amali, Planning dan Organisasi Dakwah Rasulullah, (Bandung : Al Ma’arif), 1986, hal. 51
[5] Rosyad Sholeh, management Dakwah Islam, hal.62
[6] Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2012, hal. 291